Belengguku


Lagi-lagi gemuruh angin, kalah dengan suara fikiran. Lagi-lagi rasa bahagia, kalah dengan serpihan rasa sakit.

Aku masih sosok yang sama ternyata. Fakta ini membuatku sakit sekali karena ternyata aku tak kunjung membaik, hanya aku menjadi semakin pandai menyamarkan luka. Serta malam kelabu kujalani dengan sangat sulit, teringat kenangan yang tinggal buih hingga tak ada lagi harapan.

Aku masih sosok yang sama, yang pada hening malam yang merumitkan fikiran, aku jumpai diriku yang masih menangisi rasa sakit yang telah lalu. Yang pada malam yang sepi, aku rapalkan doa paling sendu agar semesta bersedia melepaskanku dari belenggu ini.

Meski kadang, pada hari-hari yang menghampiriku, ada setitik harap yang bersembunyi dibalik kata pasrah. Ada bulir-bulir bahagia yang membuatku lupa sejenak pada rasa sakit yang mendera. Aku memang manusia dengan perasaan yang tak mampu disimpulkan orang lain.

Aku hidup dalam maya, kefanaan, dan rasa yang tak pernah ada. Hatiku retak, hilang arah berpendar. Aku terluka dan terkapar dengan seluruh rasa sakit.

Aku tidak baik-baik saja, sungguh.

Beberapa malam aku lalui dengan sesak tiada tara, dengan rasa lelah menelan abu berteman pilu. Tangis tanpa suara yang telah pandai aku lakukan atau mata sembab akibat menangis berjam-jam yang mampu aku sembunyikan dengan sangat baik.

Aku menyedihkan? Iya.

Sejak lama aku membisu atas seluruh rasa sakit ini. Aku telah hancur, lebur tak tersisa. Aku memang hidup, tapi telah mati di dalam. Hari ini, aku memvalidasi seluruh rasa sakitku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Film : Dune Part 1 (2021) | Film Mewah

Killing Me Slowly