Pertemuan Pukul Empat


Sejujurnya, aku gak pernah benar-benar kepikiran untuk menjalin hubungan kembali dengan seorang pria dalam waktu yang cukup dekat ini. Beberapa waktu terhitung sejak bulan Agustus tahun lalu sampai awal tahun ini lumayan melelahkan. Hatiku. Beberapa hal membuat kondisiku cukup tidak stabil. Melihat seseorang yang terus menerus berbohong tiap kutanya, atau pada postingan-postingan yang barangkali ia tak sadar bahwa aku mengetahui semuanya.

Yang kemudian pada satu waktu, segalanya bernilai 0. Dari yang tadinya begitu ketergantungan, menjadi mampu mengabaikan, tidak saling mengabari satu sama lain meski ada pada satu ruang grup yang sama. Saat itu, bagiku adalah waktu yang tepat untuk lepas. Tak terikat lagi dengan segala hal tentangnya. Tanpa ucapan selamat tinggal, karena tau akan tetap bersua di ruang obrolan grup. Tapi tidak lagi pada pesan pribadi.

Pertemuan Pukul Empat

Setelahnya, hari-hari menjadi begitu buruk. Malam panjang dihabiskan dengan air mata, mengasihani diri sendiri atas hal yang terjadi (lagi). Aku menjelma menjadi seseorang yang begitu menyedihkan kala malam datang. Dengan jam tidur yang tidak beraturan, mata yang lelah, mental yang tidak baik. Itu menyedihkan.

Tapi kemudian,
Sebuah pertemuan yang tak terduga terjadi.

Ia pria yang tinggal cukup jauh denganku. Terpaut lebih dari seribu kilometer dengan tempat tinggalku sekarang. Pulau kami juga bersebrangan. Tapi ia cukup baik untuk meyakinkan kembali padaku bahwa ia berbeda dengan yang lainnya.

Aku gak akan menjelaskan lebih detail lagi tentang bagaimana aku dengannya bisa menjadi kita seperti sekarang. Sebab, beberapa momen berharga dengannya ingin aku miliki sendiri untuk ku kenang pada malam-malam penuh kerinduan bagi pasangan LDR Jawa - Kalimantan ini. 

Trust Issue

Aku sadar, atas beberapa kejadian kurang menyenangkan yang terjadi (kembali) denganku, tentunya sedikit banyak akan mengubah hal-hal dalam diriku. Semacam memiliki trauma untuk percaya kembali pada seseorang yang kabar baiknya belum terlalu parah untuk kondisiku.

Sedangkan ia, yang sejak awal sudah kuceritakan segalanya. Tentang aku dan malamku yang gelap. Dan responnya sungguh menyenangkan. Ia dengan caranya menenangkan hati dan fikiranku menjadi hal yang melekat dengan baik ketika seseorang memintaku mendeskripsikan tentangnya.

"Aku mau kamu gak punya fikiran macam-macam"

Semudah itu baginya. Yang bahkan tanpa aku minta. Tapi tetap aja, beberapa kali aku kalah dengan fikiran burukku. Sedang ia dengan sabarnya tetap meyakinkan dengan segala hal yang ia bisa bahwa itu hanya isi fikiranku aja.

6 Bulan Pertama

Hitungan bulan keenam pada awal hubungan itu sebenarnya cukup menakutkan untukku. Aku dan fikiranku yang, "apakah hal yang sama akan terjadi lagi?" atau "apakah aku akan menghabiskan malam-malam menyedihkan sendirian di kamar lagi?"

Tapi, tak terjadi apa-apa.

Ia masih menjadi pria yang sama sejak awal aku kenal. Yang tetap menyenangkan dan menenangkan. Yang menjadi tempat nyaman untuk aku menjadi diriku sendiri setelah lelah menghadapi dunia luar dan sandiwaranya.

Barangkali lirik lagu Virgoun ini menggambarkan perasaan aku sekarang kepadanya.

Kutemukan arti cinta,
Di waktu hidup denganmu yang tak terduga
Seperti nadimu yang selalu denyutkan setia
Aku bahagia menjadi pemiliknya

Bagaimana bisa, aku jatuh cinta
Berulang kali,
Berulang kali pada orang yang sama?

Setidaknya, untuk hari-hari panjang yang telah kita lalui bersama aku ingin mengucapkan terimakasih. Terimakasih untuk perasaan yang masih sama terhadapku, terimakasih atas segala usaha untuk menyenangkan aku. Semoga aku cukup baik pula untuk membahagiakan kamu. Terimakasih juga atas effortnya agar tetap mengabariku ditengah sulitnya sinyal hutan kalimantan sana hihihi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Film : Dune Part 1 (2021) | Film Mewah

Killing Me Slowly

Belengguku